Seperti biasanya, pagi kemarin saya gegowesan (baca:
bersepeda) keliling kota. Saya keluar gang indekos dan akhirnya sampailah ke
jalan agak besar dan terus mengayuh sepeda hingga ke jalan raya empat lajur
(lebarnya kurang lebih 22 meter). Saya tinggal di Pangkalpinang, ibu kota
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Tak seperti di Jakarta, di sini jalan raya
pada pagi hari sebelum pukul enam masih sangat sepi, hanya satu dua kendaraan
yang lewat, apalagi jalan yang saya lewati ini: Jalan Mentok.
Sedang asyik-asyiknya gowes di jalanan lengang dan
suasana yang sepi, mendadak ada bunyi klakson di belakang saya. Ada sebuah
mobil yang melaju dengan kecepatan sedang hendak melewati saya. Karena sedang
sepi, saya kaget mendengar suara klakson tersebut. Oke, saya paham salah satu
fungsi klakson adalah fungsi eksistensi, yakni menunjukkan keberadaan
seseorang/sesemobil/sesemotor/atau sese-lainnya. Tapi yang saya heran dari
peristiwa tersebut adalah kondisi jalanan yang sangat sepi. Hanya ada mobil
tersebut dan saya yang mengendarai sepeda. Lagi pula posisi saya sangat di
pinggir jalan, tidak ada satu meter jaraknya dengan trotoar. Dengan demikian,
masih tersisa kurang lebih 10 meter untuk lajur kiri dan 11 meter untuk lajur
kanan. Saya kira ruang selebar itu masih sangat cukup untuk mobil Avanza yang
lebarnya tak lebih dari tiga meter. Jalanan di sana juga lurus tanpa ada
belokan. Jadi, masihkah klakson itu berfungsi sebagai tanda eksistensi? Saya kira
tidak. Klakson yang sebelumnya berarti “Ada gue
di belakang lo. Jangan belok kanan
dulu ya. Gue mau lewat,” saat itu
berubah menjadi “WOEI...! MINGGIR LO...!!! GUWEEH MAU LEWAT...!!!”
Atau kejadian lain pada suatu siang terik di
perempatan. Kejadian ini pasti sering dialami oleh para pengendara, atau
mungkin Anda salah satu pelakunya. Beberapa detik lagi lampu merah akan berubah
jadi hijau. Ketika angka merah menunjukkan angka 0, beberapa pengendara di antrean
belakang (yang sedang kebelet pup mungkin) langsung membunyikan klakson BERKALI-KALI.
Pengendara motor di samping saya juga melakukan demikian. Saya yang jengah
dengan hal itu pun nyletuk dengan
cukup keras, “Sabar kalee, Pak...!” Hasilnya, saya diplototin orang.
Entah logikanya yang tidak jalan atau otaknya yang
memang setara dengan otak ganggang, mereka terus membunyikan klakson. Padahal jika
diperhatikan atau jika kita mau memosisikan diri seolah sedang ada di antrean
depan, kita akan paham bahwa butuh sepersekian detik untuk menjalankan
kendaraan kita ketika lampu berubah menjadi hijau. Sepersekian detik tersebut
tinggal dikalikan dengan banyaknya saf/baris antrean. Jadi, kita yang ada di
antrean belakang tidak bisa langsung berjalan seketika itu juga saat lampu berubah menjadi
hijau. Butuh sekian detik agar antrean belakang bisa berjalan.
So, mulai sekarang kurangilah membunyikan
klakson untuk hal seperti itu. Sadar dirilah, walaupun bukan ahli matematika
atau profesor fisika, kita masih bisa memperkirakan hal demikian. Dalam kondisi
demikian, klakson layak dibunyikan ketika kendaraan di depan kita sudah lama
tidak berjalan padahal di depannya sudah tidak ada antrean dan lampu sudah
hijau. Jika belum pada kondisi demikian, ya bersabarlah. Sabar sekian detik
tidak akan membuat pup kita keluar di jalan, kan?
Fungsi klakson selain sebagai bukti eksistensi adalah
memberikan perintah kepada yang lain untuk menyingkir karena kita mau mendahuluinya
dan keberadaannya menghalangi jalan kita sehingga sebaiknya ia sedikit
menyingkir. Fungsi lainnya mungkin untuk bukti kekerabatan. Pasti pernah kan
ada seseorang yang kita kenal mengklakson saat melewati kita? Ya, itu
dimaksudkan untuk “menyapa” kita. Daripada berteriak dan dikhawatirkan malah
tidak terdengar, ya lebih baik mengklakson. Tinggal berharap saja, orang yang
diklakson sadar bahwa itu orang yang dikenalnya yang ingin menyapanya.
Mau buka pintu garasi atau pintu gerbang dan ada
orang di rumah yang bisa membukakannya? Ya tinggal klakson saja daripada kita
turun dari mobil hehe. Tapi biar sekalian olahraga ya keluar dan berjalanlah
sendiri membuka pintu garasi atau gerbang rumah kita.
Ada juga sih fungsi lainnya menurut pengamatan saya.
Fungsi luapan kemarahan. Ya, sering lihatlah atau mungkin kita pernah
melakukannya. Ketika kita marah karena ada pengguna jalan yang hampir membuat
kita celaka, kita membunyikan klakson untuk meluapkan kemarahan kita. Tapi semoga
kita tidak mengalami hal demikian.
Tentunya masih ada fungsi klakson yang lainnya yang
tidak perlu saya bicarakan di sini. Sekali lagi, bijaklah menggunakan klakson. Kita
kesal ‘kan jika ada orang yang mengklakson kita padahal posisi kita sudah
benar? Ya jangan suka klakson sembarangan juga ya hehe... Yuk, kembalikan
fungsi klakson sesuai fitrahnya.