Kamis, 24 Januari 2013

"The Enrous Crocodile" (Buaya Raksasa) Roald Dahl

Tiba-tiba saya rindu dengan cerita-cerita Roald Dahl ketika saya melihat jejeran buku karyanya di toko buku. Untuk mengobati rindu itu, saya pun mengambil beberapa buku di rak dan segera membayarnya. Ternyata memang mengasyikkan kembali menyelami masa-masa kecil. Versi asli buku ini diterbitkan oleh Quentin Blake pada 1978. Di Indonesia buku ini pertama kali diterbitkan Gramedia Pustaka Utama pada Mei 2006 dan terbit kembali pada Januari 2010.
Buku setebal 64 halaman dengan dicetak seluruhnya pada kertas art paper atau coated paper. Sebagian besar halamannya juga didominasi oleh gambar berwarna sehingga menarik dibaca oleh anak-anak. Selain itu, banyak pula nasihat yang terkandung di dalamnya. Buaya yang rakus, sombong, dan mengaku dirinya paling cerdik akhirnya dapat dikalahkan oleh binatang-binatang lainnya. Seperti pepatah "Tong kosong nyaring bunyinya". Begitulah buaya yang suka membual. Ia hanya melebih-lebihkan dirinya padahal sebenarnya dia tidak sepintar yang ia katakan.
Di sungai terbesar di Afrika hidup seekor buaya raksas dan buaya yg tak terlalu besar. Siang itu, buaya raksasa ingin menyantap seorang anak kecil. Ia berkata memiliki rencana rahasia dan taktik yang cerdik. Buaya Kecil tidak suka dengan kelakuan Buaya Raksasa.
Buaya Raksasa berjalan keluar sungai. Ia bertemu dengan Humpy Rumpy, kuda nil. Humpy-Rumpy juga tak suka dengan rencana Buaya Raksasa. Buaya Raksasa melanjutkan perjalanan. Ia bertemu dengan gajah Trunky dan menggigit kakinya untuk mengagetkannya. Gajah tidak suka juga dengan rencana buaya. Buaya kembali berjalan dan bertemu dengan kera Muggle-Wump. Kera juga tidak suka dengan rencananya. Buaya malah mengganggunya dengan merobohkan pohon yang sedang dipanjat si kera. Buaya berniat memakan kera tapi kera berhasil melarikan diri. Buaya melanjutkan perjalanan dan bertemu burung Roly-Poly. Buaya mencoba menerkam burung itu, tapi yang didapatnya hanyalah berhelai-helai ekor burung yang indah itu.
Akhirnya, Buaya Raksasa itu tiba di seberang hutan yang ditumbuhi banyak pohon kelapa. Berjalan melewati hutan membuatnya lapar. Ia ingin menyantap tiga anak. Di sana sering ada anak-anak mencarin buah kelapa yang jatuh. Buaya segera mengumpulkan buah kelapa dan daun kelapa yang jatuh. Ia segera mengatur buah dan daun agar mirip dengan sebatang pohon kelapa kecil. Dua anak kecil datang dan hendak memanjat pohon kelapa kecil itu. Kuda nil yang tahu sebenarnya segera menyuruh anak itu menyingkir dan menubruk pohon kelapa kecil itu yang sebenarnya adalah si Buaya Raksasa.
Buaya berjalan menuju taman bermain anak-anak. Ia berbaring melintang di atas sebatang kayu sehingga seperti papn jungkat-jungkit. Ketika sekolah bubar, anak-anak berhamburan ke taman bermain. Kera datang dan memperingatkan anak-anak bahwa itu sebenarnya adalah buaya. Mereka pun segera lari berhamburan. Ia marah kepada kera dan sangat lapar. Ia ingin menyantap empat anak agar kenyang.
Buaya segera melaksanakan rencana ketiga. Ia pergi ke pasar malam dan duduk di komidi putar seolah seperti patung-patung tempat duduk di komidi putar. Anak-anak segera menghampirinya. Burung Roly-Poly yang melihat itu segera memperingatkannya. Semua pengunjung berhamburan menyelamatkan diri. Buaya berlari ke semak untuk bersembunyi. Ia sangat lapar sehingga ingin memakan enam anak agar kenyang.
Buaya menuju tempat piknik. Di sana banyak meja dan bangku untuk istirahat pengunjung. Buaya mencari bunga-bunga dan meletakkannya di sebuah meja. Ia menyembunyikan sebuah bangku dan menggantikan bangku itu dengan dirinya dengan cara membuat dirinya seolah-olah seperti bangku. Datanglah empat anak menghampiri bangku tersebut. Tiba-tiba datanglah Trunky si gajah memperingatkan mereka. Dengan belalainya gajah itu memegang ekor buaya dan memutarnya. Semakin lama semakin cepat hingga terlihat seperti lingkaran buram. Trunky melepaskan ekor buaya dan melesatlah sang buaya ke angkasa hingga akhirnya meledak karena menubruk matahari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar