Buku selanjutnya yang saya baca untuk mengenang masa kanak saya bersama Roadl Dahl adalah The Magic Finger (Jari Ajaib). Di sini tokoh utamanya adalah si Aku, jadi sinopsis yang saya tulis juga tetap mempertahankan ke-aku-an. Buku edisi Indonesia terbitan Gramedia Pustaka Utama ini memiliki banyak ilustrasi di setiap halamannya, tetapi semuanya hitam putih, tidak berwarna seperti buku Buaya Raksasa.
Tanah
pertanian kami bersebelahan dengan milik keluarga Gregg. Mereka mempunyai dua
anak laki-laki: Philip (8 tahun) dan William (11 tahun). Aku berumur 8
tahun. Pak Gregg dan kedua anaknya suka berburu. Aku tidak suka dan
sering mencegah mereka untuk berburu. Bukannya mendengarkanku, mereka
malah menertawakanku. Pulang berburu mereka membawa seekor rusa. Aku sangat marah dan tak dapat mencegah jari telunjukku teracung ke arah mereka.
Jariku
adalah Jari Ajaib. Dulu Aku pernah dibilang bodoh oleh guruku, Bu Winter,
sehingga aku marah dan tak dapat mengendalikan Jari Ajaibku. Jadilah Bu
Winter memiliki kumis dan ekor besar berbulu seperti kucing. Hingga
sekarang Bu Winter tidak kembali seperti semula.
Setelah
mendapat rusa, sore harinya Pak Gregg dan kedua anaknya kembali
berburu. Mereka mendapatkan 16 ekor itik. Sehabis gelap, mereka pulang.
Ketika itu, ada empat itik (dua induk dan dua anak) mengikuti mereka.
Malam harinya ketika Pak Gregg keluar rumah untuk mengambil kayu bakar
perapian, ia melihat empat ekor itik tersebut terbang mengitari
rumahnya. Ia pun segera masuk ke dalam rumah.
Pagi
harinya mereka mendapati tubuhnya mengecil. Tangan mereka juga hilang
dan tergantikan oleh sepasang sayap itik. Mereka pun mencoba terbang
keluar rumah. Ketika kembali ke rumah, mereka mendapati bahwa rumahnya
telah dikuasai oleh empat itik tadi yang telah berubah menjadi seukuran
manusia dan sayapnya berubah menjadi tangan. Keluarga Gregg pun akhirnya
bergotong royong membuat sarang di pohon. Malam harinya hujan turun
sangat lebat disertai dengan angin kencang. Mereka basah kuyup.
Akhirnya
pagi pun menjelang. Ketika menengok ke bawah mereka melihat ketiga itik
raksasa didampingi seekor itik membawa senapan dan mengarahkannya ke
sarang keluarga Gregg, hendak menembaki mereka. Pak Gregg memohon kepada
para itik raksasa untuk tidak menembak dia dan keluarganya. Para itik
pun tidak jadi menembak mereka setelah keluarga Gregg berjanji tidak
akan menembaki itik dan hewan-hewan lainnya serta akan menghancurkan
ketiga senapannya.
Mendadak
suasana menjadi gelap dan setelah kembali normal keluarga Gregg juga
kembali seperti sediakala, kembali ke ukuran semula, memiliki tangan,
tanpa sayap. Para itik juga telah terbang dengan ukuran dan bentuk tubuh
seperti semula.
Pak
Gregg segera menghancurkan ketiga senapannya. Bu Gregg mengubur 16 itik
dan membuat pusara di atas makam mereka. Philip dan William sedang
memberi makan unggas liar dengan sekarung jewawut milik ayah mereka.
Tiba-tiba kami mendengar suara senapan di danau. Suara itu berasal dari
ulah keluarga Cooper yang sedang berburu, Aku kembali mengacungkan jari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar