Kamis, 24 Januari 2013

The Magic Finger (Jari Ajaib) Roadl Dahl


Buku selanjutnya yang saya baca untuk mengenang masa kanak saya bersama Roadl Dahl adalah The Magic Finger (Jari Ajaib). Di sini tokoh utamanya adalah si Aku, jadi sinopsis yang saya tulis juga tetap mempertahankan ke-aku-an. Buku edisi Indonesia terbitan Gramedia Pustaka Utama ini memiliki banyak ilustrasi di setiap halamannya, tetapi semuanya hitam putih, tidak berwarna seperti buku Buaya Raksasa.

Tanah pertanian kami bersebelahan dengan milik keluarga Gregg. Mereka mempunyai dua anak laki-laki: Philip (8 tahun) dan William (11 tahun). Aku berumur 8 tahun.  Pak Gregg dan kedua anaknya suka berburu. Aku tidak suka dan sering mencegah mereka untuk berburu. Bukannya mendengarkanku, mereka malah menertawakanku. Pulang berburu mereka membawa seekor rusa. Aku sangat marah dan tak dapat mencegah jari telunjukku teracung ke arah mereka.

Jariku adalah Jari Ajaib. Dulu Aku pernah dibilang bodoh oleh guruku, Bu Winter, sehingga aku marah dan tak dapat mengendalikan Jari Ajaibku. Jadilah Bu Winter memiliki kumis dan ekor besar berbulu seperti kucing. Hingga sekarang Bu Winter tidak kembali seperti semula.

Setelah mendapat rusa, sore harinya Pak Gregg dan kedua anaknya kembali berburu. Mereka mendapatkan 16 ekor itik. Sehabis gelap, mereka pulang. Ketika itu, ada empat itik (dua induk dan dua anak) mengikuti mereka. Malam harinya ketika Pak Gregg keluar rumah untuk mengambil kayu bakar perapian, ia melihat empat ekor itik tersebut terbang mengitari rumahnya. Ia pun segera masuk ke dalam rumah.

Pagi harinya mereka mendapati tubuhnya mengecil. Tangan mereka juga hilang dan tergantikan oleh sepasang sayap itik. Mereka pun mencoba terbang keluar rumah. Ketika kembali ke rumah, mereka mendapati bahwa rumahnya telah dikuasai oleh empat itik tadi yang telah berubah menjadi seukuran manusia dan sayapnya berubah menjadi tangan. Keluarga Gregg pun akhirnya bergotong royong membuat sarang di pohon. Malam harinya hujan turun sangat lebat disertai dengan angin kencang. Mereka basah kuyup.

Akhirnya pagi pun menjelang. Ketika menengok ke bawah mereka melihat ketiga itik raksasa didampingi seekor itik membawa senapan dan mengarahkannya ke sarang keluarga Gregg, hendak menembaki mereka. Pak Gregg memohon kepada para itik raksasa untuk tidak menembak dia dan keluarganya. Para itik pun tidak jadi menembak mereka setelah keluarga Gregg berjanji tidak akan menembaki itik dan hewan-hewan lainnya serta akan menghancurkan ketiga senapannya.

Mendadak suasana menjadi gelap dan setelah kembali normal keluarga Gregg juga kembali seperti sediakala, kembali ke ukuran semula, memiliki tangan, tanpa sayap. Para itik juga telah terbang dengan ukuran dan bentuk tubuh seperti semula.

Pak Gregg segera menghancurkan ketiga senapannya. Bu Gregg mengubur 16 itik dan membuat pusara di atas makam mereka. Philip dan William sedang memberi makan unggas liar dengan sekarung jewawut milik ayah mereka. Tiba-tiba kami mendengar suara senapan di danau. Suara itu berasal dari ulah keluarga Cooper yang sedang berburu, Aku kembali mengacungkan jari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar